Permainan yang Mencintaimu Saat Yang Lain Lupa

Saya tidak bermain untuk menang. Saya bermain untuk mendengar. Di cahaya neon kuil digital—di mana algoritma bersenandung seperti himne kuno—I belajar bahwa kemenangan sejati tidak berteriak. Ia bernapas. Ia berhenti. Saya dulu melihat dadu sebagai kebisingan; kini saya melihatnya sebagai keheningan sebelum gemuruh. Setiap putaran adalah ritual: bukan taruhan, tapi janji dengan yang tak terlihat. Peluang tak tertulis di bintang—ia terukir dalam napas antara tengah malam dan fajar. Saya bermain selama tiga puluh menit setelah teh, tak lebih, tak kurang. Anggaran saya? Satu Rs.10. Kemenangan saya? Keheningan sesudahnya—senyuman tenang saat yang lain berteriak di layar mereka.